Monday, March 16, 2009

Ia, aku dan dia ( Part 2 )

Deru ombak yang bergulung - gulung kecil menuju ke tepi membasahi kakiku yang beralaskan pasir putih. Pasir putih yang gemerlapan saat cahaya memantulkan kilaunya. Hembusan lembut angin pantai menyapu wajahku dan mengibaskan rambut ikalku yang kubiarkan tergerai sampai ke pinggang.

Kuhirup dalam - dalam udara pantai yang begitu segar mengisis rongga dadaku yang penuh sesak terhimpit oleh penat. Aku berteriak. Berteriak tuk mengeluarkan gumpalan penat itu dari dada. Teriakkan yang seketika mengalahkan deru ombak. Teriakkan yang membahana dan terbawa angin hingga ke tengah laut yang kemudian dan menenggelamkannya.

Aku bahagia. Aku bahagia. AKu bahagia atas dosa yang sedang dan hendak kuperbuat. Aku bahagia atas dosa yang tak pernah dicegah oleh - Nya. Dosa yang kulakukan seizin dan sepengatahuan - Nya. Dosa yang mampu dan sangat mampu membuatku merasa bahagia, sangat bahagia. Dosa yang tak pernah dapat kumengerti mengapa dapat terjadi di hidupku. Dosa yang mampu membungkam akhlak dan akal sehatku. Hanya hasrtakulah yang mampu bebicara dengannya dan mengerti.

Dan untuk kesekian kalinya kukatakan, Ia mengerti dosaku dan Ia mengizinkan dosaku.


No comments:

Post a Comment