Monday, April 6, 2009

Ia, aku dan dia ( Part 3 )

Matahari mulai tenggelam. Sinar terang di siang hari yang diseretnya ke belahan bumi lain menyebabkan munculnya lembayung di hadapanku. Hari berganti senja dan pesisir pantai mulai sepi dari orang - orang yang tadi berkerumun untuk menikmati pemandangan indah nan romantis. Maka itu, kuputuskan untuk kembali ke penginapan.
Ku bersihkan badanku dari debu dan kotoran yang menempel begitu aku tiba di penginapan dan kuputuskan untuk mandi. Butiran - butiran pasir pantai yang tadi menempel di kulit kuning langsatku segera mengalir turun seiring dengan air yang menyiram badanku. Air yang setiap tetesnya mampu menyegarkan kembali ragaku.
Aroma sup asparagus yang wangi menyengat indera penciuman membuat perutku terasa lapar. Kusudahi mandiku dan bergegas bersiap - siap untuk makan malam.
Sudah ada beberapa teman yang menanti saat aku tiba di ruang makan. Mereka berdiri di depan meja makan panjang, yang membujur di tengah ruangan yang cukup luas untuk menampung sekitar seratus orang. Dan, jumlah kami yang hanya tiga puluh orang membuat ruang makan itu terlihat sangat luas.
Aku memandang berkeliling mencari sosok dia. Dia yang merajai imajinasiku. Dia yang dapat kukenali bahkan saat mataku terpejam dan terlelap sekalipun. Hatiku terlonjak saat pandanganku bertemu dengan pandangannya. Seketika jantungku berhenti berdetak. Aku terpaku menatapnya, tak mampu bergerak seolah lumpuh layu sehingga membuat piring makan yang sedang ku pegang hampir terlepas. Aku terhentak kaget dan tersadar karenanya.
Ku alihkan segera pandanganku dari dia. Itu karena aku tak ingin diriku menjadi tak terkendali di tengah situasi dan keadaan yang tak memungkinkan. Aku tak ingin seorang pun tahu, termasuk dia, akan kegilaanku terhadap dia.

(Continued... )

No comments:

Post a Comment